Alkisah,
hiduplah seorang gadis berusia 20-an. Sejak awal kuliah, dia sangat
menginginkan beberapa hal: pertama, lulus dengan predikat cumlaude. Kedua, aktif di berbagai organisasi di jurusan hingga
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas, sambil berkecimpung juga di organisasi
luar kampus. Ketiga, ikut pertukaran mahasiswa ke luar negeri dan kegiatan
pengembangan kepemimpinan sejenisnya. Ke empat, merintis bisnis untuk passive income di masa depan. Ke lima,
menikah sambil kuliah. Dalam pikiran gadis ini, kayaknya keren kali kalau dia
bisa menjalankan semuanya sekaligus.
Nah,
fokus kita adalah ke poin nomor lima. Dalam rangka mengeksekusi impiannya yang
satu itu, jadilah gadis ini sibuk membaca buku ini itu tentang pernikahan. Belajar
memasak, sibuk mendownload tutorial masakan, belajar bagaimana menjadi seorang
wanita yang sesungguhnya dan segala macam. Hingga dia merasa siap untuk
menikah. Tapi pasalnya sekarang jodoh belum datang-datang. Padahal sebuah
pernikahan tidak akan pernah terjadi bila salah satu mempelainya tidak ada.
Haha :D
Hingga
pada suatu hari, si gadis pergi ke suatu tempat. Lalu bertemu dengan seorang
ibu yang dikenalnya. Dia salami ibu itu seperti menyalami ibunya sendiri. Tanpa
di duga, ibu itu memeluk si gadis. Membisikkan sesuatu ke telinganya.
“Nak,
kau mau jadi menantu Ibu kan?” ujar sang ibu berkaca-kaca, menatap kedua bola
mata si gadis.
Gadis
itu kaget. Jantungnya seakan terlepas. Napas megap-megap. Otaknya langsung loading mengingat anak laki-laki ibu ini
yang mana rasanya ya? Dalam waktu sepersekian detik, dia tersenyum kepada si
ibu.
“Hehe,
masih belum memikirkan ke sana, Bu. Masih baru kemarin sore rasanya masuk TK.”
Gadis itu berkeringat dingin. Otaknya mikir keras.
Di
perjalanan pulang dia belum bisa menguasai diri dengan sempurna. Dia baru sadar
kalau ternyata komitmen untuk sebuah pernikahan itu tidak segampang yang dia
pikirkan. Terlepaslah apakah yang bertanya itu orang yang disukai atau pun
tidak. Disitulah gadis ini berpikir kenapa sampai hari ini dia belum menikah.
Ditanya mau jadi menantu atau tidak aja keringat dinginnya sudah mengucur. :D
___THE END ___
***
Saat
teman sepantaran mulai menikah, yang lain pun mulai gusar. Ada yang
upload-upload foto kartun laki-laki perempuan megang anak, adapula yang mulai sibuk menulis surat terbuka untuk
calon imam atau makmum. Hehe. Gimana kalau kita stay cool aja yuk, Kawan-kawan J Ada beberapa
kemungkinan kenapa Allah belum mendatangkan jodoh kita:
Pertama,
mungkin Allah menilai kita memang belum siap secara mental untuk menjadi suami
atau pun istri.
Kedua,
ada tanggung jawab yang harus kita tuntaskan yang mungkin tidak bisa kita
kerjakan setelah berkeluarga nantinya.
Ke
tiga, bisajadi niat menikahnya belum lurus, contohnya seperti cerita di atas
yang niatnya buat keren-kerenan. Jadi Allah pending
dulu sampai konsep pernikahan itu tertanam dengan benar dalam pikirannya.
Dan
teman-teman bisa tambahkan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Yang pasti Allah
selalu paling tahu yang terbaik untuk hamba-Nya.
Bersabarlah,
menikah bukan hanya soal cinta, apalagi soal cepet-cepetan. Tapi soal tanggung
jawab, komitmen, kesetiaan, biaya resepsi, cicilan KPR, pendidikan anak,
tumpukan cucian single yang menjadi double hingga triple, dan segala macam.
Selamat memperbaiki diri, semoga kapan pun itu waktu menikahnya, akan membawa
berkah dan menjadikan kita keluarga-keluarga yang hebat di masa depan.
Pekanbaru,
26 Rabiul Akhir, 1437 H
Sucianik
Skyda, Konsultan Pernikahan dan Keluarga :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar