Rabu, 27 Januari 2016

Pada Suatu Hari di Tahun 1999…



“Nik, ingat pesanku selalu ya. Jangan pernah berharap pada siapa pun. Termasuk aku. Tak ada seorang pun yang bisa kita harapkan di muka bumi ini. Bukan karena mereka tak menyayangi kita atau tak peduli kepada kita segala macam. Tapi karena kondisi mungkin saja berubah dan kita harus melakukan semuanya sendiri. Kau paham?”   

Aku menggeleng, menatap heran. Benar-benar tak paham. Tinggi sekali kata-katanya.   
“Baiklah. Kalau kau tak paham, kau ingat-ingat saja ya. Suatu hari nanti kau pasti paham.” Ujarnya tersenyum, berlalu tanpa peduli dengan wajah bingungku.
Aku mengingat pesan itu hingga jauh hari. Bukan karena ingatanku sangat kuat, bukan pula karena suaranya yang tegas dan bulat. Tapi memang karena terus diulangi. Nyaris tiap hari. Meski dengan padanan kata yang berbeda.
Bahkan kalimat itu tidak hanya berseliweran di kepala. Kini ia telah tertanam di lubuk hati nun jauh di sana. Meresap ke dalam darah, lalu mengalir dalam tingkah. Menjadi suatu prinsip yang mengakar dalam diri.
Hari ini, di tengah hiruk pikuk skripsi dan tugas-tugas yang sebenarnya tak seberapa berat dibadingkan beban hidup yang beliau rasakan di sana, pelan, terasa menyelinap ke dalam hati ini, aku sungguh rindu suara itu. Bisa mendengarkan beberapa patah kata lewat telepon saja sudah sukup memberi tenaga. Apalagi bisa memeluk dan menciumnya. 
Aku dulu benci sekali dengan pola kehidupan yang ‘semuanya dibiarkan sendiri’ seperti yang beliau terapkan. Merasa tak ada yang peduli. Bahkan dalam keadaan ‘lemah iman’ aku merasa ingin mati saja.
Aduhai, ternyata semua tak selalu seperti yang kita pikirkan. Justru dari situ aku belajar memecahkan masalah. Justru dari situ aku tahu bahwa proses untuk ‘menjadi bisa’ itu memang sakit. Justru dari situ aku kini berterima kasih telah dilahirkan dari rahimnya. Terima kasih, Ibu Cantikku. Meski aku belum berhasil menjadi tangguh, tapi setidaknya aku tahu dari mana harus melangkah dan kemana harus menuju.
Teruntuk Bintang Inspirasi, salam sayang dari gadis kecilmu. Do’akan aku segera selesai di episode ini, dan melanjutkan petualangan berikutnya. 

      Pekanbaru, 17 Rabiul Akhir, 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar