Awal tahun 1900
“Seluruh daratan dan lautan adalah
wilayah kekuasaanku!” bentak kapal selam sambil menunjuk muka pesawat.
“Apa kau bilang ? ini milikku!
Bagaimana mungkin kau bisa mengaku-ngaku seperti itu? sedangkan semua makhluk
di seluruh jagat raya tahu bahwa akulah yang paling berkuasa di sini.” Pesawat
terbang menjawab sengit.
“Hei, siapa pula yang telah
menobatkan kau menjadi penguasa di sini? secara, kau kan bukan siapa-siapa?”
kapal selam tak mau kalah.
“Siapa bilang?” pesawat melotot.
Maka terjadilah perdebatan panjang
antara dua makhluk hasil perkembangan teknologi itu. Mereka saling meninggikan
diri. Tidak satu pun yang mau mengalah. Mereka sama-sama merasa hebat dan
berhak menjadi penguasa di daratan dan lautan. Siang malam, siang malam, siang
malam mereka berdebat. Hingga sampailah ke minggu yang ke tujuh.
“Kau serius ingin terus berdebat
denganku?” tanya pesawat.
“Iya, aku tidak berhenti sampai aku
menjadi penguasa di sini.”
Akhirnya mereka memutuskan untuk
mengadu kecerdasan. Siapa yang lebih banyak mengetahui tentang dunia itulah
yang menang dan menjadi penguasa seluruh jagat raya. Sebagai penengah,
diundanglah seorang hakim dari galaksi tetangga yang terkenal paling bijaksana.
Dia bernama Bintang Sketsa.
“Kalian hanya punya dua soal
rebutan. Yang duluan menjawab dengan benar akan menjadi pemenang dalam
pertarungan ini” sejenak Bintang Sketsa menarik napas.
“Pertanyaan pertama, siapa yang
menciptakan pesawat jet di bumi?” tanya Bintang Sketsa.
Dengan cepat pesawat terbang
menjawab.
“Seorang manusia bernama Habibie.”
“Benar. Pertanyaan kedua, siapakah
pelaut yang pertama kali menemukan benua Amerika di bumi?” tanya bintang
sketsa lagi.
“Columbus!” dengan cepat kapal selam
menjawab. Dia baru ingat, dulu dia pernah belajar tentang pelayaran.
Akhirnya skor mereka sama.
“Nah, karena skor kalian sama, jadi
aku akan membagi wilayah kekuasaan kalian dengan adil. Kau, kapal selam,
wilayahmu ada dilaut. Dan kau pesawat, wilayahmu ada di langit. kalian tidak
boleh saling mencaci, hiduplah dengan damai. Saling mengirim utusan diplomasi
agar hubungan diantara wilayah kalian tetap harmonis.”
Keduanya mengangguk setuju.
***
Dan waktu berlalu seperti lesatan
anak panah.
Pesawat dan kapal selam saling
berkirim surat, menyambung tali persaudaraan satu sama lain. Asal kalian tahu
saja, setelah bertengkar memperebutkan kekuasaan itu, tak seorang pun diantara
mereka yang pernah menyimpan dendam. Bahkan tak jarang mereka saling berkirim
kabar lewat email atau chating.
Kapal Selam Sayang Hiu Selamanya : Wat,
bagaimana kabar langit?
Pesawat Suka Coklat : Ah, aku bosan di sini.
Banyak asap.
Kapal Selam Sayang Hiu Selamanya : Wah, baguslah.
Daripada di sini, banyak limbah. Jorok!
Daripada di sini, banyak limbah. Jorok!
Pesawat Suka Coklat :
Kapan main ke daratan lagi?
Kapal Selam Sayang Hiu Selamanya : Dua minggu lagi
Ada acara pernikahan putra mahkota.
Raja bumi mengundangku.
Kau juga diundang, bukan?
Pesawat suka coklat :
Tentu saja. Kita ketemuan yaaa
Mouse berkedip. Lima ekor paus besar
menabrak tubuh kapal selam. Separuh mati dia menyelamatkan kepalanya agar tidak
pecah. Membuat komputernya terlepas. Tapi usahanya sia-sia, kecelakaan ini
ternyata sangat serius. Sehingga dia harus dibawa ke pantai untuk diperbaiki.
***
Salah
satu pantai di daratan bumi, tahun 1900-an.
“Aduh, aku
haus sekali. Sudah lama sekali aku tidak minum bensin” Ujar sebuah mobil kecil
memelas.
“Sabarlah, Nak. Kita akan mendapatkan bensin
lagi setelah krisis ini telah selesai. Percayalah, tidak akan lama lagi, Sayang
.…”
“Tapi kapan, Ibu? aku sudah tidak
tahan lagi.”
Ibunya diam, berpikir sejenak.
“Nak, Raja bumi tengah menghadapi
masalah besar. Planet bumi kita ini berhutang banyak pada Yupiter. Jadi raja
tengah mencari solusi. Bagaimana APBP (Anggaran Pendapatan Belanja Planet) bisa
terkontrol dengan baik seperti dulu lagi.”
Siapa sangka, percakapan antara ibu mobil dan
anak mobil itu terdengar oleh Kapal Selam yang ternyata tidak jauh dari lokasi
itu.
***
“Lam, aku baru pulang dari istana
raja. Lama aku mencarimu di sana. Setelah berkeliling, seseorang mengabariku
bahwa kau terdampar di sini. Ditabrak paus ya? Ya Allah, bagaimana kau bisa kalah
dengan mereka?”
Kapal selam hanya tersenyum lemah.
“Eh, kamu tahu tak, pesta putra
mahkota itu benar-benar fantastis lho…! Aku sempat berdecak kagum melihatnya.
Kabarnya, acara itu memakan biaya setara dengan seperempat APBP Bumi. Yang
lebih fantastisnya lagi, Yang Mulia tidak memakai uang bumi sedikit pun.”
Pesawat berapi-api.
“Halah.” Kapal selam mencibir.
“Kenapa?”
“Bukan masalah pakai uang bumi atau
tidak, yang jadi masalah, tegakah Yang Mulia mengadakan acara pesta sebesar
itu, sementara warga bumi tengah kelaparan? Kau tahu, mobil saja sudah tidak
punya bensin lagi…” Kapal Selam melotot mendengar kabar itu.
“Itu kan hak beliau. Kenapa kau yang
sewot, Lam?”
“Aku tahu segala yang ada di jagat
raya ini berhak melakukan apa yang dia inginkan. Tapi, bukankah seharusnya
seorang raja memiliki jiwa sosial yang tinggi? Konsep kepemimpinannya itu yang
patut kita pertanyakan Broooo!” Kapal Selam menjawab sengit.
"Sudahlah, seorang lelaki yang bijaksana di bumi pernah mengatakan. Orang yang pengertian dan konsep hidupnya sudah salah, maka hidupnya sulit benar." Pesawat menyeka keringat di dahi, lelah dengan semua ini.
"Sudahlah, seorang lelaki yang bijaksana di bumi pernah mengatakan. Orang yang pengertian dan konsep hidupnya sudah salah, maka hidupnya sulit benar." Pesawat menyeka keringat di dahi, lelah dengan semua ini.
Sucianik
Pekanbaru, 18 Dhq 1436 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar